Diangkatnya Presiden Jokowi sebagai presiden apabila dipikir ulang hanya hasil dari sensasi yang diperbuatnya. Pada awal beliau menjadi gubernur di Jakarta, seolah mendobrak rakyat dengan aksi “blusukan”nya yang menurut saya hanya sebagai penyenang rakyat tanpa ada hasil. Aksi “blusukan” yang dilakukannya menjadi trending topik di seluruh dunia seolah dia memperbaiki sesuatu dengan cara yang hebat. Padahal yang diperbuatnya hanya sekedar mengunjungi penduduk.
Aksi-aksi beliau inilah yang menyebabkan banyak rakyat terpikat oleh tindakan beliau pada masa pemerintahannya. Namun, sekarang kita lihat sensasi apa yang telah dilakukan selama menjabat menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Sensasi dengan para menteri-menterinya yang nyentrik hingga penandatanganan yang beliau sendiri tidak tahu. Bukankah sangat aneh dan tidak wajar apabila seseorang akan membuat suatu keputusan tanpa melihat apa yang akan diputuskannya?
Belum lagi keputusanya yang menaik turunkan harga BBM sesuka beliau. Kisruhnya menteri Susi dengan para nelayan, dan yang paling sensasional adanya kasus pengangkatan kapolri yang berbuntut KPK vs Polri.
Apakah sensasi dari presiden kita akan berlanjut sampai masa pemerintahannya berakhir atau akan berhenti ditengah jalan? Banyak pendukung Jokowi yang masih berharap presiden dipertahankan sampai akhir, namun disisi lain banyak pengkritik dan pengamat politik yang menganggap pemerintahan Jokowi ini dari awal sudah tidak sehat. Dengan adanya pembackingan Megawati serta PDIP membuat saya sendiri tidak heran apabila akhirnya Pak Presiden menjadi lingliung dengan kekuasaan yang dimilki, karena memang pada awalnya beliau dirancang dengan strategi dari sang “ibu” PDIP.
Semoga saja pemerintahan yang katanya “revolusioner” dapat mengangkat permasalahan yang sudah menjadi penyakit negeri kita tercinta. Dan semoga bukan hanya membuat permasalahan menjadi tambah rumit dengan sensasi yang dibuat oleh Presiden Jokowi.
0 komentar:
Post a Comment